Home / Program HIV-AIDS / TPE Bireuen Dan Rumah Pintar Peusangan Gelar Seminar Nasional HIV-AIDS

TPE Bireuen Dan Rumah Pintar Peusangan Gelar Seminar Nasional HIV-AIDS

tpePada hari Jum’at (23/11/2012), dari jam 08.30-12.00 WIB di Aula MA Jangka Universitas Al-Muslim Matangglumpang Dua, Team Peer Educator (TPE) binaan YPAP Bireuen dan Rumah Pintar Peusangan menggelar Seminar Nasional HIV-AIDS dengan tema “Menumbuhkan Kepedulian dalam Meminimalisir Penyebaran HIV-AIDS
di Bumi Aceh”.

Hadir sebagai pembicara utama adalah Emily Rowe, Ph.D. Consultant HIV-AIDS , dan Yosiani Rulita Staff Outreach YPAP dan Focal Point JOTHI untuk Aceh. Peserta yang ikut seminar nasional ini berjumlah 525 orang dari berbagai kalangan, mahasiswa, akademisi, guru, siswa Sekolah Menengah Atas dan masyarakat umum dari kabupaten Bireuen.

Acara ini terlaksana berkat dukungan PT. Arun NGL, ,, Yayasan Permata Aceh Peduli, LPPM Universitas Almuslim, Prodi Biologi Unimus dan Akademi Kebidanan Unimus kepada Team Peer Educator Bireuen dan Rumah Pintar Peusangan sebagai tuan rumah dalam pelaksanakan acara seminar nasional ini.

Antusiasme peserta dalam mengikuti seminar ini bisa terlihat dari banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber sampai diskusinya molor hingga mendekati waktu shalat Jum’at.

Terungkap dari materi yang disampaikan oleh Emily Rowe, Ph.D, bahwa Epidemi HIV-AIDS yang tertinggi penderitanya untuk saat ini tidak lagi Eropa dan Afrika akan tetapi sudah merambah ke Asia, dan di Asia pun sudah bukan lagi Kamboja, Thailand dan Myanmar tetapi Indonesia.

“Data yang ditunjukkan ini tentu sangat mengejutkan kita semua, bahwa Negara di Eropa, Afrika dan sebagian di asia sudah memaksimalkan melakukan penyebaran informasi dan pengetahuan HIV-AIDS kepada warga negaranya, sehingga mereka sudah bisa mengurangi penularan virus HIV-AIDS,” ungkap Emily.

Indonesia sendiri dinilai masih sangat lambat dalam hal sosialisasi HIV-AIDS kepada warga negaranya sehingga angka tertinggi penderita HIV-AIDS untuk tingkat Asia sekarang ini adalah Indonesia dengan daerah tertinggi Papua, Pulau Jawa dan sekarang Sumatera terus merangkak naik.

Sementara Yosiani Rulita mengungkapkan bahwa dalam pencegahan penularan HIV-AIDS, kunci besarnya ada ditangan orang yang sudah hidup dengan HIV-AIDS (ODHA), ODHA ini harus didampingi, diberi pengetahuan, diberi dukungan moral, motivasi hidup dan jangan distigma, didiskriminasi, dihina dan diberi lebel buruk padanya sebagai orang yang bejat perilakunya.

“Biasa hal inilah yang kita lihat terjadi di Aceh, khususnya Bireuen dengan kasus yang terjadi pada ODHA yang sudah meninggal. Karena pada dasarnya ODHA itu juga manusia, yang bisa tertekan, sehingga tidak stabil pemikirannya, selanjutnya timbul rasa ingin menulari orang lain, hal ini timbul karena rasa dendam tadi, yang dihina dan distigma buruk padanya, sehingga dia beranggapan biar saja semua orang tertular dan sama-sama menderita,” beber Yosiani.

Oleh karena itu, harapan Yosiani Rulita kepada peserta Seminar supaya bisa menghilangkan stigma dan hinaan kepada orang yang sudah tertular HIV, karena tidak semua penderita HIV disebabkan perilaku bejat.

“Kita jangan takut akan ditulari HIV oleh orang yang sudah tertular, karena HIV itu tidak mudah dan gampang penularannya, dia harus ada jangan keluar dan jalan masuk virus kedalam tubuh. Jadi intinya pengetahuan adalah modal utama dalam mengurangi berkembangnya virus HIV-AIDS di bumi Aceh,” tambahnya.

Fadhli Djailani Outreach Coordinator YPAP sangat mengapresiasi kegiatan seminar HIV-AIDS ini dilaksanakan dengan jumlah peserta yang mencapai 525 orang. “Ini hal yang luar biasa dan disenggarakan acara ini berkat dukungan banyak pihak, artinya disini sudah banyak masyarakat danstakeholders yang peduli untuk pencegahan HIV-AIDS di bumi Aceh, dengan cara penyebaran informasi HIV-AIDS secara luas.

Check Also

Buku YPAP

Satu Dasa Warsa YPAP Mengabdi untuk Aceh : Bekerja dan Merajut asa bersama mereka yang terpinggirkan

Satu Dasa Warsa YPAP Mengabdi untuk Aceh : Bekerja dan Merajut asa bersama mereka yang …